Jumat, 11 Desember 2009

metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen pada dirinya sebagai hasil pengalaman. Mengajar adalah hal yang kompleks dan karena siswa itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal unuk mengajar yang efektif untuk semua hal
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Banyak upaya yang harus dilakukan baik terhadap Tenaga Pendidikan ataupun kependidikan, maupun sarana dan prasarana. Salah satu upaya juga dapat ditempuh melalui siswa-siswinya. Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, harus ada kerjasama baik oleh guru kelas maupun guru bidang studi dalam suatu satuan pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok, yang akan menentukan berhasil dan tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana cara belajar peserta didik baik pada saat ia belajar di sekolah maupun pada saat ia belajar di luar jam sekolah. Dalam hal ini khususnya materi pelajaran IPS yang disampaikan guru di sekolah. Dengan kedisiplinan belajar diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasinya.
Pada proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode ceramah siswa cenderung pasif karena hanya mendengarkan, mengantuk, tidak ada kesempatan bertanya dan siswa tidak ada keinginan mengajukan pertanyaan, kurang ada semangat untuk ingin tahu. Kondisi ini menyebabkan, materi yang diberikan oleh guru, tidak dapat mencapai prestasi yang baik.
Pada mapel IPS ditentukan KKM sebesar 65. ketika guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah kemudian memberikan evaluasi yang berupa tes, hasilnya adalah sebagian besar nilai siswa kelas V di bawah KKM dan belum mencapai ketuntasan belajar sebesar 85%.
Berdasarkan proses pembelajaran yang dilaksanakan dan dari hasil nilai ulangan harian siswa, penggunaan metode ceramah tidak dapat meningkatkan hasil belajar.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa yaitu Faktor internal dan ekternal. Salah satu diantaranya adalah metode diskusi. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metode diskusi untuk meningkatkan prestasi belajar IPS kelas V SD, karena metode diskusi diharapkan siswa dapat aktif yang ditunjukkan oleh siswa banyak bertanya, saling bertukar pendapat antar teman, ada motivasi belajar yang lebih, ada unsur kerjasama. Hal ini diharapkan dapat memperbaiki prestasi hasil belajar IPS di kelas V SD.
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas maka dalam penelitian ini akan dikaji tentang penggunaan metode diskusi pada pembelajaran IPS kelas V SD untuk meningkatkan prestasi belajar.

B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah Metode Diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester I1 tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V semester II tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang menggunakan Metode Diskusi dalam pembelajaran IPS.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Dengan menggunakan metode diskusi siswa dapat meningkatkan prestasi
belajar.
b. Dengan menggunakan metode diskusi membantu memudahkan guru dalam
proses belajar mengajar.
c. Dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan kualitas sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. FAKTOR-FAKTOR BELAJAR
Banyak pendapat tentang pengertian dari faktor belajar. Dalam penelitian ini akan ditinjau beberapa pendapat diantaranya adalah menurut Sumadi Suryabrata (1998) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1). Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
a) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya.



b) Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah:
a) Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
b) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
c) Motivasi
Menurut Winkle (1991) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:
1). Faktor lingkungan keluarga
a). Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.
b). Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat, maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2). Faktor lingkungan sekolah
a). Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
b). Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c). Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3). Faktor lingkungan masyarakat
a). Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar.
b). Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Jadi kesimpulannya faktor yang mempengatuhi belajar terdiri faktor eksternal dan internal, dimana metode mengajar merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.

B. PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi
Yapsir Ganghi Wirawan (1973) menyatakan: Prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya, sebagaimana dinyatakan dalam raport.
Prestasi belajar dalam bahasa inggris disebut Achievement menurut Carter Good (1967) dalam slameto (2002) adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam suatu keahlian atau sekumpulan pengetahuan. Sedangkan prestasi belajar di bidang akademik dinyatakan sebagai pengetahuan yang dicapai atau ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah, biasanya ditetapkan dengan nilai yang diberikan guru, atau keduanya; pencapaian siswa dalam hal mata pelajaran seperti membaca, aritmatika, dan sejarah, sebagaimana berlawanan dengan ketrampilan yang dikembangkan dalam pelajaran seperti seni atau pendidikan jasmani.
Porwadarminta menyatakan: Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). (Poewadarminta. 1976).
Dari pendapat di atas dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian adalah menurut pendapat Carter Good (1967) dalam slameto (2002) karena adanya unsur prestasi belajar di bidang akademik dinyatakan sebagai pengetahuan yang dicapai atau ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah, biasanya ditetapkan dengan nilai yang diberikan guru, atau keduanya.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peran penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar memegang peranan penting dalam proses psikologi.
Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi Gagne dan Berlier (1983) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan et. al (1994) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil praktik atau pengalaman. Sulvin (1994) dalam Slameto (2002) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gagne (1977) dalam Slameto (2002) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan di posisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode tertentu, dan perubahan perilaku tidak berasal dari peoses pertumbuhan.
Ahmad Badawi (1967) menyatakan belajar adalah suatu usaha untuk menguasai suatu kecakapan jasmani maupun rohani dengan jalan mempergunakan materi yang telah diperoleh untuk selanjutnya diorganisir yang kemudian jadi miliknya.
Dari pendapat itu diperoleh unsur-unsur belajar yaitu perubahan kearah yang lebih positif.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Banyak pendapat tentang pengertian dari prestasi belajar. Dalam penelitian ini akan ditinjau beberapa pendapat diantaranya adalah:
Davies (1987) berpendapat prestasi belajar adalah kemampuan yang berupa knowledge, understanding dan skills siswa dalam kurun waktu tertentu yang memperprediksikan performance dan kompetensi siswa dalam materi pelajaran yang dipelajari siswa pada akhir pembelajaran dalam kurun waktu meliputi satu kurun waktu satu bulan, catur wulan semester atau satu tahun, berdasarkan tujuan tes prestasi belajar yang ditetapkan sekolah.
Menurut pendapat Arikunto (1982) Prestasi belajar diartikan sebagai prestasi yang mencerminkan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap jenjang studi.
Wyan K. (2001) dalam Slameto (2002) mengungkap prestasi belajar itu sebagai berikut: Dalam kegiatan pengajaran terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dimana guru memegang peranan yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar tersebut sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang terwujud dalam bentuk prestasi belajar siswa (kognitif) maupun konsep diri siswa (afektif). Prestasi belajar siswa merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran di sekolah.
Menurut Sumadi Suryabrata (1998) prestasi belajar adalah sebagai hasil perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui penilaian dan pengukuran. Maksud penilaian untuk mengetahui pada waktu dilakukan penilaian itu sudah sejauh mana kemajuan anak didik. Hasilnya dinyatakan dalam suatu pendapat yang perumusannya bermacam-macam. Ada yang menggolongkan dengan lambang A, B, C, D, E (untuk penilaian kelakuan, kerajinan, kerapian, dan kegiatan ekstrakurikuler) ada yang menggunakan skala sampai 11 tingkat yaitu dari nol (0) sampai sepuluh (10), dan ada yang memakai penilaian dari 0 sampai 100 (untuk penilaian semua mata pelajaran). Dari sudut pandang guru, prestasi belajar siswa adalah tingkat penguasaan materi dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kurikulum dalam satu kurun waktu tertentu. Sedangkan salah satu cara untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran yang diberikan guru di sekolah yaitu dengan mengadakan tes atau evaluasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dalam penelitian ini yang dimadsud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam nilai setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu.

C. METODE DISKUSI
1. Pengertian
Girlstrap dan Martin (1975) dalam Modjiono (1992) metode diskusi adalah suatu kegiatan di mana sejumlah orang membicarakan secara bersama- sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu.
Menurut Depdikbud (1986) Metode Diskusi diartikan sebagai suatu cara penguasaan isi pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah.
Metode diskusi dipandang sebagai salah satu metode pengajaran yang paling efektif untuk kelompok kecil, khususnya mempelajari ketrampilan yang kompleks seperti memikirkan secara kritis, pemecahan masalah dan komentar pribadi, pembelajaran metode diskusi dapat melaksanakan pertukaran gagasan, fakta dan pendapat antara murid, sehingga menjadikan suasana belajar lebih dinamis.
2. Tujuan Metode Diskusi
Gilstrap dan Martin (1975) dalam Modjiono (1992) tujuan pemakaian metode diskusi adalah
1. mengembangkan ketrampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
2. Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self- concepts) yang lebih positif.
4. Meningkatkan keberhasilan siswa dalam menentukan pendapat.
5. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversional.
Dari tujuan-tujuan pemakaian metode diskusi, maka dapat kiranya dikemukakan bahwa pemakaian metode diskusi tidak hanya sekedar untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Hal yang penting dari penyampaian informasi adalah terbentuknya kondisi yang menguntungkan bagi siswa untuk perolehan belajarnya.
3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi
1. keunggulan metode diskusi
Gilstrap dan Martin (1975) dalam Modjiono (1992) metode diskusi mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan metode diskusi sebagai berikut :
a. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi. Adanya partisipasi langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan intelektual, sosial-emosional, dan mental para sisa dalam proses belajar.
b. Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan.
c. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima (take and give), sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga yang demokratis.
d. Metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah oleh kelompok, biasanya lebih tepat daripada perorangan.
e. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan cermat dan pertimbangan kelompok.
2. Kelemahan Metode Diskusi
Gilstrap dan Martin (1975) dalam Modjiono (1992) metode diskusi mempunyai kelemahan. Kelemahan metode diskusi disebutkan sebagai berikut:
a. Metode diskusi sulit diramalkan hasinya, walaupun telah diatur secara hati-hati.
b. Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.
c. Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan.
d. Metode ini seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi, dan menyebabkan orang yang tak berminat hanya sebagai penonton.
e. Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar dapat berpartisipasi secara akti dalam diskusi. Kemampuan berdiskusi ini hanya akan dapat dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih.

4. Jenis Diskusi
Jenis diskusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskusi kelompok.
Menurut Canei (1986) dalam Modjiono (1992) diskusi kelompok adalah pembicaraan atau pertimbangan tentang suatu topik yang menjadi perhatian bersama diantara 3-6 orang peserta diskusi, di mana para peserta berinteraksi tatap muka secara dinamis dan mendapat bimbingan dari seorang peserta yang disebut ketua atau moderator.
Diskusi kelompok ada dua macam yakni kelompok dadakan (buzz group) dan kelompok sindikat (syndicate group).
1. Kelompok dadakan (buzz group)
Kelompok dadakan adalah suatu jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang yang bertemu secara bersama-sama membicarakan suatu topik yang sebelumnya telah dibicarakan secara klasikal. Diskusi kelompok dadakan ini dapat dilaksanakan di tengah-tengah jam pelajaran atau di akhir jam pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka isi pelajaran memperjelas isi pelajaran, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang isi pelajaran. Selain itu untuk membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu, sehingga dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, dan interpertasi.
Keunggulan diskusi kelompok dadakan adalah dapat mendorong individu yang malu-malu untuk memberikan sumbangan pemikiran, menciptakan suasana yang menyenangkan, menghemat waktu memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan, memberikan variasi kegiatan belajar, dan dapat digunakan bersama metode lain.
Kekurangan metode diskusi ini adalah tidak ada waktu persiapan yang cukup, tidak akan berhasil bila anggota kelompok terdiri dari individu-individu yang tidak tahu apa-apa.
Kelompok dadakan dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 1. Formasi kelas diskusi jenis kelompok dadakan (buzz group).
2. Kelompok sindikat (syndicate group)
Kelompok sindikat merupakan salah satu jenis diskusi kelompok kecil (3-6 orang), di mana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Setiap kelompok akan melaporkan hasil pekerjaannya di depan kelas dalam suatu diskusi pleno atau diskusi kelas.
Dalam kelompok sindikat, guru berperan sebagai orang yang menjelaskan garis besar permasalahan kepada seluruh siswa (kelas). Guru menggambarkan aspek-aspek permasalahan, kemudian tiap-tiap sindikat (kelompok) diberi tugas untuk mempelajari aspek tertentu.
Tujuan digunakannya kelompok sindikat adalah:
- Agar anggota kelompok mempelajari kebiasaan belajar bersama.
- Agar siswa mampu memanfaatkan bahan pustaka atau sumber belajar selain guru.
- Agar setiap anggota kelompok dapat menghargai pendapat atau gagasan anggota kelompok yang lain, dan juga mampu memberikan hasil belajar secara kelompok serta menerima hasil belajar dari kelompok lain.
Keunggulan dari kelompok sindikat ini yakni siswa belajar memecahkan dan mempelajari suatu aspek permasalahan secara bersama, tiap kelompok saling membagikan pengalaman belajarnya, dan siswa belajar bertanggung jawab.
Kekurangan dari diskusi kelompok kecil jenis kelompok sindikat adalah kemungkinan adanya kelompok yang tidak menyelesaikan tugas dengan baik, memerlukan banyak waktu, dan kurangnya sumber belajar yang menyimpan informasi yang diperlukan akan menghambat penyelesaian tugas.

Formasi kelas untuk pelaksanaan kelompok sindikat dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Gambar 2. Formasi kelas jenis diskusi kelompok sindikat (syndicate group).
Dalam penelitian ini metode diskusi yang dilakukan adalah metode diskusi kelompok berjenis kelompok dadakan(buzz group).
5. prosedur pemakaian diskusi
Menurut Modjiono (1992) Prosedur pemakaian metode diskusi secara umum terbagi menjadi tiga tahapan, yakni tahapan sebelum pertemuan, selama pertemuan, dan setelah peremuan. Pada tiap-tiap tahapan pemakaian metode diskusi terdapat berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru dan/atau siswa.
1. Tahapan sebelum pertemuan
Kegiatan yang harus dilaksanakan pada tahapan ini adalah:
a) pemilihan topik diskusi, yakni suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk menentukan topik diskusi; untuk melakukannya guru dan/atau siswa menggunakan tujuan yang ingin dicapai serta minat dan latar belakang siswa sebagai kriteria;
- membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan;
- menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan;
- mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas sesuai dengan jenis diskusinya.
b) Tahapan selama pertemuan
Selama pertemuan diskusi dilaksanakan, sejumlah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para guru dan siswa ialah:
- guru memberikan penjelasan tentang tujuan diskusi, topik diskusi, dan kegiatan diskusi yang akan dilakukan;
- para siswa dan guru melaksanakan kegiatan diskusi;
- pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru;
- pencatatan hasil diskusi oleh siswa.
2. Tahapan setelah pertemuan
- membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan kesulitan yang timbul selama diskusi;
- mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi dari para siswa.
D. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V aemester II mata pelajaran IPS di SD. Perhatikan gambar 3. Apabila metode diskusi digunakan secara efektif maka akan menghasilkan peningkatan prestasi belajar IPS. Secara skematis uraian digambarkan kerangka pemikirannya sebagai berikut:













Gambar 3. Hubungan antara metode diskusi dengan prestasi belajar.

E. HIPOTESIS
Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
”Penggunaan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPS”.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suyanto dalam Sumarlin (1997) mengemukakan PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara profesional.
Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan Model Penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart (1988) yang terdiri atas empat langkah, yaitu: Rencana, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Perhatikan gambar 4.






Gambar 4. Model Penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart.


Adapun langkah yang dilakukan Kemmis dan Mc Taggart dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Dalam tahap perencanaan ini meliputi pengenalan pembelajaran dengan metode diskusi serta menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
c. Pengamatan (observing)
Observer mengamati pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh mana efek pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran yang dapat dilihat dari motivasi dan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan suatu kegiatan perenungan secara kritis apa yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Kemudian langkah selanjutnya adalah siklus berikutnya jika diperlukan.




B. SUBYEK DAN SETTING PENELITIAN
Subyek dari penelitian ini adalah sebanyak 30 orang siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Duren 01 Kec. Tengaran Kab. Semarang selama Semester II tahun pelajaran 2008/2009.

C. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian ini dilaksanakan 1 siklus dengan masing-masing 4 langkah sebagai berikut:
a. Siklus I
Siklus I dirancang dalam 4 tatap muka meliputi:
Perencanaan
1. Permasalahan diidentifikasi melalui pengambilan data nilai harian siswa, observasi di dalam kelas, kemudian permasalahan dirumuskan.
2. Merencanakan untuk menerapkan metode diskusi sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Membuat instrumen penelitian yang meliputi rencana pembelajaran (RP), lembar observasi, soal-soal
Tahap sebelum pertemuan
1. pemilihan topik diskusi;
2. membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan;
3. menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan;
4. mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas sesuai dengan jenis diskusinya.
Pelaksanaan
Pertemuan pertama
Kegiatan awal
1. Guru mengucapkan salam.
2. Apersepsi: tanya jawab tentang akibat tanam paksa.
Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi.
2. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas.
4. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok.
5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok perjuangan melawan penjajah dengan indikator mengetahui tokoh pejuang nasional yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa.
6. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.
Kegiatan penutup
1. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa.
2. Pencatatan materi.
Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Pertemuan kedua
Kegiatan awal
1. Guru mengucapkan salam.
2. Apersepsi : menyanyikan lagu satu nusa satu bangsa.
Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi.
2. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas.
4. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok.
5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok berbagai jenis organisasi pergerakan nasional yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa.
6. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.
Kegiatan penutup
1. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa.
2. Pencatatan materi.
Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Pertemuan ketiga
Kegiatan awal
1. Guru mengucapkan salam.
2. Apersepsi : guru bertanya jawab tentang organisasi nasional Indonesia.
Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi.
2. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa.
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas.
4. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok.
5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok sumpah pemuda yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa.
6. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.
Kegiatan penutup
1. Pencatatan hasil diskusi oleh siswa.
2. ulangan harian.
Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Pertemuan keempat
Kegiatan awal
1. Guru mengucapkan salam
Kegiatan inti
1. Guru memberikan remidi dan pengayaan

Kegiatan penutup
1. mengoreksi secara bersama
Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Refleksi
Peneliti melakukan refleksi bersama guru yang bertugas sebagai observer terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD. Selanjutnya apabila hasil dari siklus I belum mencapai indikator dilanjutkan siklus II.
Berdasarkan hasil dari siklus pertama, setelah melakukan ulangan harian dan dilanjutkan remidi dan pengayaan. Jika telah berhasil 100% tuntas dengan nilai setiap siswa di atas KKM mata pelajaran IPS yang telah ditentukan. Maka, tidak lagi ada siklus II. Dan penggunaan Metode Diskusi untuk meningkatkan prestasi siswa telah berhasil.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dari hasil observasi dan nilai prestasi belajar mata pelajaran IPS kelas V SD.




E. VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel Terikat: Prestasi belajar
Dalam penelitian ini yang dimadsud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam nilai setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu.
b. Variabel bebas: Metode Diskusi
Yang dimadsud dengan metode diskusi merupakan suatu kegiatan di mana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu.
F. ANALISIS DATA
Data yang telah terkumpul dianalisis dan diolah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan tentang peningkatan prestasi siswa pada siklus berdasarkan frekuensi.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian
SD Negeri Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang terletak di Desa Duren. SD ini terdiri dari 8 ruang kelas, satu ruang guru, satu gedung perpustakaan, mushola, dapur, UKS, kamar mandi, dan lapangan yang biasa digunakan untuk upacara bendera, senam pagi, olah raga, dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Setiap hari Senin para siswa ,dewan guru, dan karyawan mengikuti upacara bendera, selain itu para siswa setiap hari jum’at pagi melakukan rutinitas senam pagi. SD Negeri Duren 01 merupakan SD Inti yang ada di wilayah Dinas Pendidikan Tengaran.
Dilihat dari struktur tempatnya, letak SD ini strategis untuk tempat pembelajaran di lingkungan Desa Duren karena letaknya di tepi jalan utama desa yang mudah di jangkau dari empat dukuhan yang menjadi wilayah Desa Duren. Karena letaknya termasuk di desa, jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran, disamping itu faktor ini juga menjadikan anak lebih aman dalam perjalanan berangkat, istirahat, maupun pulang sekolah. Siswa- Siswi yang belajar di SD Negeri Duren 01 pada umumnya adalah anak seorang petani, sehingga tata-krama kepada guru masih sangat lekat di sini.
Jumlah murid yang ada di SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI adalah sebanyak 225 siswa dengan keadaan bakat, ketrampilan, kemampuan, dan intelegensi yang berbeda-beda. Agama yang mereka anut mayoritas adalah Islam. Diantara 225 siswa tersebut mempunyai bakat yang berbeda dan berbagai juara perlombaan juga telah diraih. Jumlah tenaga pendidik di SD ini ada sebanyak 15 orang dan 1 karyawan/penjaga SD. 15 tenaga pendidik itu terdiri dari: 1 Kepala Sekolah, 6 orang guru kelas, 2 guru agama Islam, 1 guru Penjaskes, 4 guru kelas (wiyata bhakti). Berikut ini gambar denah SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang:
I II IIIA IIIB KANTOR PERPUST IV

LAPANGAN V
VIA
VIB
DAPUR/UKS
MUSOLA

U

Gambar 5. Denah lokasi SD penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Siswa kelas V ini pada umumnya berasal dari keluarga petani. Sebagai obyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Duren 01 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Ruang kelas V ini memiliki fasilitas yang berupa rak buku, papan tulis, papan data kelas, cermin, jam dinding, peta, alat-alat kebersihan (sapu, kemoceng, tempat sampah, alat pel), penggaris, globe, lambang pancasila, foto presiden dan wakilnya, kerangka bangun ruang, dan gambar pahlawan nasional.
Ruang kelas V SD Negeri Duren 01 berukuran 7 x 8 meter. Lantai ruang berupa keramik berwarna putih dan terlihat bersih karena siswa disiplin dalam menjalankan tata tertib jadwal piket kelas. Di dalam ruang terdapat meja dan kursi dengan tiap 2 anak satu set meja dan kursi yang tertata rapi serta memiliki kapasitas 32 siswa. Administrasi kelas juga tersusun rapi dan sebagian terdapat di dalam lemari.

B. Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, bahkan cenderung bosan. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada kepasifan belajar siswa kelas V untuk mata pelajaran IPS Data nilai belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini.




Tabel 1
Prestasi Belajar Sebelum Menggunakan Metode Diskusi/Pra Siklus
Kategori Skala Frekuensi Presentase
Rendah < 50 12 40 %
Sedang 51 - 75 17 56,6 %
Tinggi 76 - 100 1 3,33 %
30 100 %
Sumber: data olahan, 2009
Dari tabel 1 dapat diketahui kategori rendah dengan skala < 50 frekuensi 12 dengan presentase 40 %. Kategori sedang dengan skala 51 - 75 frekuensi 17 dengan presentase 56,6 %. Kategori tinggi dengan skala 76 - 100 frekuensi 1 dengan presentase 3,33 %.
Untuk memperjelas data dari tabel 1 dapat dibuat histogram sebagai berikut:

Gambar 6. Grafik nilai pra siklus.
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik pada tabel 2 diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai (tinggi) sejumlah 3,33 % atau 1, yang mendapat (sedang) sebanyak 56,6 % atau sebanyak 17 siswa dan yang mendapat nilai (rendah) sebanyak 40 % atau 12 siswa.
Dari hasil tes seperti tersebut diatas, sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel dibawah ini
Tabel 2
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah Persen
1. Tuntas 7 23,3 %
2. Belum Tuntas 23 76,6 %
Jumlah 30 100 %
Sumber: data olahan, 2009
Berdasarkan data pada tabel 2 tersebut di atas, diketahui bahwa siswa kelas V yang memiliki nilai kurang dari KKM 6,5, sebanyak 23 siswa. Dengan demikian jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum untuk kompetensi dasar Kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh pergerakan sebanyak 7 siswa (23,3 %). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 23 siswa (6,6 %), hal dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 7. Bagan ketuntasan belajar pra siklus
Hasil nilai pra siklus yang diperoleh dari hasil tes awal dapat ditunjukan seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 3
Rata-rata Hasil Tes Pra siklus
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai Terendah 40
3 Nilai Rata-rata 57,6

Untuk memperjelas hasil tertinggi, terendah maupun nilai rata di atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut ini:




Gambar 8. Grafik rata-rata nilai pra siklus
C. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaan pembelajaran
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh pergerakan. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berdasarkan kompetensi dasar yang telah dipilih tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Diberikan alokasi waktu sebanyak 2x35 menit, dengan perincian 2 kali tatap muka, 1 kali evaluasi atau ulangan harian, 1 kali remidi atau pengayaan dengan jumlah 1 siklus 4 kali tatap muka.

b. Pembentukan kelompok-kelompok belajar
Pada siklus I, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Tatap Muka
Tatap muka I dan II dengan RP tentang materi Perjuangan Melawan Penjajah dan Pergerakan Nasional Indonesia. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Metode Diskusi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam. Guru melakukan apersepsi berupa tanya jawab dengan siswa tentang akibat tanam paksa, meliputi apa itu tanam paksa, apa akibat tanam paksa, mengapa ada tanam paksa, apa keuntungan dari tanam paksa, bagaimana pandangan kamu akan tanam paksa. Guru memberikan pertanyaan dan siswa diharapkan untuk menjawab.
Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa.Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok jenis kelompok dadakan (buzz group). Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok perjuangan melawan penjajah dengan indikator mengetahui tokoh pejuang nasional yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.
Kegiatan penutup
Pencatatan hasil diskusi oleh siswa berupa apa yang didapat pada diskusi yang dilakukan, Pencatatan materi, pemberian penguatan terhadap materi, tanya jawab dengan siswa.
Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan pada pertemuan I, diperoleh dari lembar observasi/pengamatan penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester II tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Aspek-aspek yang diamati dalam penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran adalah memotivasi siswa, menyajikan atau memberikan informasi, mengorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, melakukan penilaian proses, memberikan penghargaan, merangkum dan refleksi.
Berikut ini merupakan hasil dari observasi penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V adalah:
Tabel 4
Deskripsi Hasil Pengamatan Penggunaan Metode Diskusi
No Aspek yang diamati Jml item Skor tertinggi Skor
1. ada masalah 1 1 1
2. ada perbedaan pendapat 1 1 1
3. tidak bisa mengatasi masalah sendiri 1 1 0
4. mendapatkan keputusan 1 1 0
5. Harus dibicarakan pemecahannya 1 1 1
6. kesulitan yang dihadapi 1 1 1
7. melakukan diskusi 1 1 1
8. bertanya, kerjsama 1 1 0
Jumlah 8 8 5
Rata-rata 1 0,625
Persentase (%) 100 % 62,5 %
Sumber: data olahan 2009
Dari tabel 4 deskripsi hasil pengamatan penggunaan metode diskusi di atas, diketahui skor rata-rata sebesar 0,625 atau dalam presentase sebesar 62,5 % dari jumlah keseluruhan item.
Pertemuan Kedua
Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam. Apersepsi: menyanyikan lagu satu nusa satu bangsa bersama guru dengan siswa, guru mengulang materi sebelumnya dengan berupa pertanyaan.
Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi. Setelah menjelaskan materi, guru menjelaskan tujuan dari diskusi, kegiatan diskusi yang akan dilakukan kepada siswa. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok jenis kelompok dadakan (buzz group). Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok berbagai jenis organisasi pergerakan nasional yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.


Kegiatan penutup
Pencatatan hasil diskusi oleh siswa. Pencatatan ringkasan materi. Guru melakukan tanya-jawab dengan siswa sebelum menutup pelajaran sebagai penguatan terhadap materi yang diberikan.
Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan pada pertemuan II, diperoleh dari lembar observasi/pengamatan penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester II tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Aspek-aspek yang diamati dalam penggunaan Metode Diskusi dalam pembelajaran adalah memotivasi siswa, menyajikan atau memberikan informasi, mengorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, melakukan penilaian proses, memberikan penghargaan, merangkum dan refleksi.
Berikut ini merupakan hasil dari observasi penggunaan Metode Diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V adalah:





Tabel 5
Deskripsi Hasil Pengamatan Penggunaan Metode Diskusi
No Aspek yang diamati Jml item Skor tertinggi Skor
1 ada masalah 1 1 1
2 ada perbedaan pendapat 1 1 1
3 tidak bisa mengatasi masalah sendiri 1 1 0
4 mendapatkan keputusan 1 1 1
5 Harus dibicarakan pemecahannya 1 1 1
6 kesulitan yang dihadapi 1 1 1
7 melakukan diskusi 1 1 1
8 Bertanya, kerjsama 1 1 1
Jumlah 8 8 7
Rata-rata 1 0,875
Persentase (%) 100 % 87,5 %
Sumber: data olahan 2009
Dari tabel 5 deskripsi hasil pengamatan penggunaan metode diskusi di atas, diketahui skor rata-rata sebesar 0,875 atau dalam presentase sebesar 87,5 % dari jumlah keseluruhan item.
Pertemuan Ketiga
Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam. Apersepsi: guru bertanya jawab tentang organisasi nasional Indonesia

Kegiatan inti
Guru menjelaskan materi pelajaran sebelum melakukan diskusi. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri atas empat siswa. Dalam satu kelompok diharapkan semua dapat aktif dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa yang sudah jelas memberikan penjelasan kepada siswa yang belum jelas. Diskusi yang digunakan adalah jenis diskusi kelompok berjenis kelompok dadakan (buzz group). Siswa bersama kelompoknya masing-masing melakukan diskusi dengan materi pokok sumpah pemuda yang telah diberikan oleh guru dan menjawab soal-soal dalam lembar diskusi siswa. Setelah semua selesai, dilakukan diskusi kelas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing. Dalam diskusi kelas diberikan kesempatan kelompok mana yang siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain akan memberikan tanggapan.
Kegiatan penutup
Pencatatan hasil diskusi oleh siswa. penguatan materi yang telah diberikan dengan nelakuakn tanya jawab dengan siswa. Melakukan ulangan harian sebagai indikator hasil belajar.



Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan pada pertemuan III, diperoleh dari lembar observasi/pengamatan penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester II tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Aspek-aspek yang diamati dalam penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran adalah memotivasi siswa, menyajikan atau memberikan informasi, mengorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, melakukan penilaian proses, melakukan tes ulangan dan pengamatan tes.
Berikut ini merupakan hasil dari observasi penggunaan Metode Diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V adalah:







Tabel 6
Deskripsi Hasil Pengamatan Penggunaan Metode Diskusi
No Aspek yang diamati Jml item Skor tertinggi Skor
1 ada masalah 1 1 1
2 ada perbedaan pendapat 1 1 1
3 tidak bisa mengatasi masalah sendiri 1 1 1
4 mendapatkan keputusan 1 1 1
5 Harus dibicarakan pemecahannya 1 1 1
6 kesulitan yang dihadapi 1 1 1
7 melakukan diskusi 1 1 1
8 bertanya, kerjsama 1 1 1
Jumlah 8 8 9
Rata-rata 1 1
Persentase (%) 100 % 100 %
Sumber: data olahan 2009
Dari tabel 6 deskripsi hasil pengamatan penggunaan metode diskusi di atas, diketahui skor rata-rata sebesar 1 atau dalam presentase sebesar 100 % dari jumlah keseluruhan item.
Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan III dengan melakukan ulangan harian dapat dideskripsikan seperti pada tabel 7 berikut ini. Untuk memperjelas data hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:


Tabel 7
Hasil Rekap Nilai Tes Ulangan Harian Siklus I
Kategori Skala Frekuensi Presentase
Rendah < 50 0 0%
Sedang 51 - 75 6 20 %
Tinggi 76 - 100 24 80 %
30 100 %
Sumber : data olahan, 2009
Dari tabel 7 dapat diketahui kategori rendah dengan skala < 50 frekuensi 0 dengan presentase 0 %. Kategori sedang dengan skala 51 - 75 frekuensi 6 dengan presentase 20 %. Kategori tinggi dengan skala 76 - 100 frekuensi 24 dengan presentase 80 %.
Berdasarkan data tabel 7 di atas, dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini:


Gambar 9. Grafik hasil tes Siklus I.

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai tinggi adalah 24 siswa dengan presentase sebesar (80 %), sedangkan yang mendapat nilai sedang adalah 6 siswa atau (20 %), sedangkan yang mendapat nilai kurang tidak ada atau 0 %.
Tabel 8
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Ulangan Harian Siklus I
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1. Tuntas 24 80 %
2. Belum Tuntas 6 20 %
Jumlah 30 100 %

Tabel ketuntasan diatas diperjelas pada grafik dibawah ini:

Gambar 10. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I.

Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 30 siswa terdapat 24 atau 80 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 6 siswa atau 20 % belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah 70, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 82,3, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 9
Rata-rata Hasil Tes Ulangan Harian siklus I
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai Terendah 70
3 Nilai Rata-rata 82,3


Untuk memperjelas hasil tertinggi, terendah maupun nilai rata di atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut ini:

Gambar 11. Grafik nilai rata-rata siklus I.
Karena sebanyak 20% belum mencapai ketuntasan belajar, maka diadakan remidi pada pertemuan keempat.
Pertemuan keempat
Kegiatan awal
Guru mengucapkan salam, guru memberikan pengarahan
Kegiatan inti
Guru memberikan remidi dan pengayaan kepada siswa
Kegiatan penutup
Menilai hasil siswa dan refleksi
Observasi
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan remedial dan pengayaan berlangsung.
Guru melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan pada pertemuan IV, diperoleh dari lembar observasi/pengamatan penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester II tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Aspek-aspek yang diamati dalam penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran adalah memotivasi siswa, menyajikan atau memberikan informasi, melakukan penilaian proses, pengamatan tes, pemeriksaan hasil tes.
Berikut ini merupakan hasil dari observasi penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V adalah:
Tabel 10
Deskripsi Hasil Pengamatan Penggunaan Metode Diskusi
No Aspek yang diamati Jml item Skor tertinggi Skor
1 ada masalah 1 1 1
2 ada perbedaan pendapat 1 1 1
3 tidak bisa mengatasi masalah sendiri 1 1 1
4 mendapatkan keputusan 1 1 1
5 Harus dibicarakan pemecahannya 1 1 1
6 kesulitan yang dihadapi 1 1 1
8 Bertanya 1 1 1
Jumlah 8 8 8
Rata-rata 1 1
Persentase (%) 100 % 100 %
Sumber: data olahan 2009
Dari tabel 10 deskripsi hasil pengamatan penggunaan metode diskusi di atas, diketahui skor rata-rata sebesar 1 atau dalam presentase sebesar 100 % dari jumlah keseluruhan item.
Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan IV dengan melakukan remidi dan pengayaan dapat dideskripsikan seperti pada tabel 11 berikut ini. Untuk memperjelas data hasil pengayaan remedial siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:


Tabel 11
Hasil Rekap Nilai Remidi Pengayaan Siklus I
Kategori Skala Frekuensi Presentase
Rendah < 50 0 0 %
Sedang 51 - 75 0 0 %
Tinggi 76 - 100 30 100 %
30 100 %
Sumber: data olahan, 2009
Dari tabel 11 dapat diketahui kategori rendah dengan skala < 50 frekuensi 0 dengan presentase 0 %. Kategori sedang dengan skala 51 - 75 frekuensi 0 dengan presentase 0 %. Kategori tinggi dengan skala 76 - 100 frekuensi 100 dengan presentase 100 %.
Berdasarkan data tabel 11 di atas, dapat digambarkan dengan grafik di bawah ini:

Gambar 12 Grafik hasil tes Siklus I.

Dari hasil remidi pengayaan siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai tinggi adalah 30 siswa dengan presentase sebesar (100 %), sedangkan yang mendapat nilai sedang dan nilai kurang tidak ada.
Tabel 12
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Remidi Pengayaan Siklus I
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1. Tuntas 30 100 %
2. Belum Tuntas 0 0 %
Jumlah 30 100 %

Tabel ketuntasan diatas diperjelas pada grafik di bawah ini:

Gambar 13. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 30 siswa sudah mencapai 100 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil nilai remidi dan pengayaan siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah 85, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 91,3, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 13
Rata-rata Hasil Tes siklus I
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 100
2 Nilai Terendah 85
3 Nilai Rata-rata
91,3

Untuk memperjelas hasil tertinggi, terendah maupun nilai rata di atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut ini:

Gambar 14. Grafik nilai rata-rata siklus I.
Refleksi
Peneliti melakukan refleksi bersama guru yang bertugas sebagai observer terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SD. Selanjutnya apabila hasil dari siklus I belum mencapai indikator dilanjutkan siklus II.
Berdasarkan nilai hasil siklus I dapat diketahui bahwa metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester II tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Khususnya kompetensi dasar kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh pergerakan. Untuk lebih jelasnya pada tabel 14 berikut dipaparkan hasil refleksi pada siklus I.

Tabel 14
Rekap Hasil Nilai Pra Tes, Tes dan Remedial Pengayaan Siklus I
No Hasil Tes
Jumlah Siswa yang Berhasil
Kondisi Awal Siklus I
Tes Remidi dan pengayaan
1 < 50 12 0 0
2 51 – 75 17 6 0
3 76 – 100 1 24 30






Dari tabel 14 tersebut dapat dibuat histogram sebagai berikut:
Gambar 15. Grafik hasil belajar pra siklus, siklus I, remidi pengayaan.
Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal, dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata-rata kelas sebesar 57,6, sedangkan nilai rata-rata kelas siklus I adalah sebesar 86,8. Adapun kenaikan rata-ratanya sebesar 29,2. Dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Gambar16. Grafik kondisi awal dan siklus I.



Tabel 15
Rekapitulasi ketuntasan belajar siswa
No Uraian Jumlah siswa Rata-Rata
Tuntas Belum Tuntas
1 Kondisi Awal 7 anak 23 anak 57.6

2 Siklus I
Tes Ulangan Harian 24 anak 6 anak 82,3


3 Siklus I
Remidi Pengayaan 30 anak 0 anak 91,3



Perbandingan ketuntasan dan nilai rata-rata kelas pra siklus, siklus I pada tes dan remidi pengayaan dapat diperjelas dengan grafik dibawah ini:

Gambar 17. Rekapitulasi Ketuntasan dan Nilai Rata- rata pra siklus,
siklus I, remidi pengayaan.

Atas dasar informasi pada tabel 14 dan 15 di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran IPS ada peningkatan.
D. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Siklus
Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V Semester II Tahun 2008/2009 SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut:
1. Pra Siklus I
Pada awalnya siswa kelas V, nilai rata-rata pelajaran IPS rendah. Yang jelas salah satunya disebabkan karena penggunaan metode ceramah yang berakibat pada pasifnya siswa yang akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 30 siswa terdapat 7 atau 23,3 % yang baru mencapai ketuntasan belajar dengan skor standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan 23 siswa atau 76,6 % belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 6,5. Sedangkan hasil nilai pra siklus I terdapat nilai tertinggi adalah 8, nilai terendah 4, dengan rata-rata kelas sebesar 57,6.
Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.

2. Siklus I
Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai tinggi adalah 24 (80 %) siswa, sedangkan yang mendapat nilai sedang adalah 6 siswa (20 %), sedangkan yang mendapat nilai rendah tidak ada atau 0 %.
Dari hasil remidi pengayaan, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai tinggi adalah 30 (100 %) siswa, yang mendapat nilai sedang adalah tidak ada atau (0 %), sedangkan yang mendapat nilai rendah tidak ada atau 0 %.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari siklus I berupa tes dengan sejumlah 30 siswa terdapat 24 atau 80 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 6 siswa atau 20 % belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari siklus I berupa remidi pengayaan dengan sejumlah 30 siswa terdapat 30 atau 100% yang sudah mencapai ketuntasan belajar.
Adapun dari hasil nilai siklus I berupa tes dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah 70 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 82,3. Hasil nilai siklus I berupa remidi pengayaan diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 85.
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa prestasi maupun nilai yang di dapat secara kelompok. Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan bekerjasama, bertukat pikiran. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok, serta antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan menjawab dalam satu kelompok maupun antar kelompok, sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama inter dan antar kelompok. Ada persaingan positif antar kelompok. Mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan untuk jati diri pada siswa.
Hasil antara kondisi awal dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau belum bisa optimal, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tes akhir siklus I ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum dilakukan tindakan. Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui metode diskusi dalam pembelajaran IPS siswa mengalami peningkatan baik dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari 23 siswa belum tuntas pada pra siklus, menjadi 6 siswa yang belum tuntas pada tes siklus I dan dilanjutkan dengan remidi pengayaan tuntas 100 %. Sedangkan nilai rata-rata kelas dari kondisi awal sampai pada siklus I ada kenaikan sebesar rata-rata sebesar 29,2. Pada siklus I ini semua siswa mencapai ketuntasan belajar. Karena telah mencapai ketuntasan belajar maka tidak ada siklus II. Pada akhir pembelajaran terdapat perubahan positif pada siswa dengan adanya peningkatan nilai yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Dengan penggunakan metode diskusi ternyata mampu meningkatkan prestasi belajar IPS.











BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Bahwa Penggunaan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS kelas V Semester II SD Negeri Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009. Pada siklus I ulangan harian, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 80 % (24 anak), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 20 % (6 anak), dilakukan remidi pengayaan dan di dapat sebanyak 100 % (30 anak) mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I pada ulangan harian 82,3 dilanjutkan remidi pengayaan rata-rata meningkat menjadi 91,3. Secara keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar 29,2 dibandingkan kondisi awal. Dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan tercapai batas ketuntasan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi pelajaran meningkat adalah:
1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru dalam mengajar lebih mengembangkan kreatifitas, termasuk memilih metode yang tepat, sehingga tidak merasa bosan melainkan lebih menyenangkan atau mengesankan.
2. Guru sebaiknya menerapkan menerapkan metode diskusi pada pembelajaran IPS.
3. Adanya perbaikan pada setiap siklus dengan melihat hasil refleksi untuk pelaksanaan lebih baik pada siklus selanjutnya.


Daftar Pustaka


Arikunto, S. 1982. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Bina Aksara.


Badawi, Ahmad. 1967. Kelompok Belajar. Yogyakarta : FIP IKIP Yogyakarta.

Davies, I. K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta : CV Rajawali.
Depdikbud. 1986. Kurikulum SD: Peroman Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Derdikbud.

Modjiono dan Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.


Poerwadarminto. 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.


Sarlito, Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Slameto. 2002. Kemandirian belajar dalam hubungannya dengan Prestasi Siswa SMU Unggulan (Studi di SMU Laboratprium UKSW, Salatiga). Salatiga : Tidak dipublikasikan.


Sumadi, Suryabrata. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada


Suryabrata, Sumardi. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV Rajawali.


Winkel, WS 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia